Selasa, 28 Juli 2009

Israel Dikutuk, Paus Meninggalkan Pertemuan

Israel Dikutuk, Paus Meninggalkan Pertemuan
Selasa, 12/05/2009 10:40 WIB

Seorang ulama terkemuka Palestina, yang diundang menghadhiri dialog antar umat beragama bersama dengan Paus Benedict XVI, dan dalam pertemuan itu, ulama Palestina mengutuk Israel, dan menyatakan Israel sebagai, ‘Pembunuh anak-anak Gaza’, ‘Membolduzer rumah-rumah penduduk Palestinia’, dan ‘Menghancurkan masjid-masjid’, dan saat mendengar pernyataan ulama Palestina itu, Paus langsung meninggalkan pertemuan. Ini menggambarkan, bahwa Paus sudah menjadi pembela dan pelindung Israel.

Dalam pernyataannya Sheikh Taysir Tamimi, ketika menghadiri dialog dengan Paus di Notre Dame Institute di Jerusalem, tak segan-segan Sheikh Tamimi, secara terang-terangan di hadapan pemimpin tertinggi umat Katolik itu, Paus Benedict XVI, menyerang Israel, menurut Sheikh Tamimi, bahwa Israel telah melakukan kejahatan perang di Gaza, merampas tanah rakyat Palestina, dan mengusir rakyat yang tidak berdosa di Tepi Barat. Pidato Sheikh Tamimi, yang berlangsung kurang lebih 10 menit itu, menyebabkan Paus tidak tahan mendengarkannya, lalu meninggalkan dialog.

Sheikh Tamimi memimpin sebagai ‘qadhi (hakim) di dalam pemerintahan Otoritas Palestina, di dalam pertemuan itu, menyerukan agar dikembalikan hak para pengungsi untuk kembali ke tanah air mereka, dan golongan Islam dan Kristen bersatu untuk menghadapi Zionis-Israel. Ulama Palestina itu, tak lupa, menyebutkan seorang tokoh yang sudah membebaskan Jerusalem, Shalahuddin al-Ayyubi dari pasukan Salib Eropa, di tahun 1187, dan menjadikan kota Jerusalem, sebagai tempat bagi semua pemeluk agama, kecuali Zionis-Israel.

Lucunya, sebelum meninggalkan dialog itu, Paus mengulurkan tangannya kepada Sheikh Tamimi, yang kemudian Paus meninggalkan pertemuan, sebelum pertemuan itu usai. Paus sendiri berbicara sebelum Sheik Tamimi. Padahal, dialog antar pemeluk agama itu, sangat penting, Paus ‘hatinya’ sudah tertambat kepada Israel. Meskipun, menurut berita yang ada di Jerusalem Post itu, Paus tidak dapat mengerti apa yang disampaikan Sheikh Tamimi, karena menggunakan bahasa Arab.

“Kami berharap dialog antar para pemeluk agama ini tidak rusak, karena adanya kesalahpahaman ini”, ujar Uskup Federigo Lombardi, yang menjadi juru bicara Paus. Sementara itu, Kepala Rabbi Israel, Shear Yashuv Cohen, menyatakan, bahwa kunjungan Paus ke Israel mempunyai missi perdamaian dan persaudaraan, sedangkan pesan yang disampaikan Sheikh Tamimi adalah perang”, ujar Rabbi Cohen.

Tak pelak lagi, kunjungan Paus Benedicth XVI, ke Israel, sama halnya dengan melegalisasi semua tindakan kejahatan Israel, yang kejam dan biadab serta barbar terhadap rakyat Palestina.

Tidak ada sedikitpun, pernyataan yang dikeluarkan dari Paus yang mengkritik atas segala tindakan kekejaman yang dilakukan oleh rezim Zionis-Israel, selama berpuluh tahun, termasuk agresi militer yang dilakukan Israel ke Gaza, belum lama, yang menyebabkan kehancuran wilayah itu, serta banyak korban orang-orang Palestina, yang tidak berdosa. Dan, Paus berdiam seribu bahasa, ketika bertemu dengan semua pemimpin Zionis-Israel.

Apakah ini yang dikatakan Paus sebagai pemipin umat, yang penuh dengan kasih dan perdamaian. Tapi, membiarkan kejahatan di depan mata, yang dilakukan Zionis-Israel. (m/jp)


http://eramuslim.com/berita/dunia/israel-dikutuk-paus-meninggalkan-pertemuan.htm

Rabu, 22 Juli 2009

Bom Naudzubillah & Si Cantik Salahiyah

Rabu, 22/07/2009 15:12 WIB
Bom Naudzubillah & Si Cantik Salahiyah
Djoko Suud Sukahar - detikNews

Jakarta - Bom meledak. Sembilan tewas, puluhan luka-luka. Korbannya
memang tidak sebanyak bom Bali. Bom JW Marriot & Ritz-Carlton Jakarta
itu juga tidak menimbulkan histeria massal. Itu karena kita mulai
‘terbiasa’ dengan ‘jebles jedur’ macam ini. Hanya yang tidak habis
pikir, alasan bom itu diledakkan.

Di Palestina pernah tercatat bomber yang mensejarah. Dia perempuan yang
sangat luar biasa. Selain alasan jihad, secara manusiawi ada
rasionalisasi terhadap tindakan harakiri itu. Perbuatan itu, sesadis dan
sebarbar apapun masih menyisakan respek. Tapi bom kali ini?

Nama perempuan istimewa itu adalah Salahiyah. Dia muslimah. Cantik dan
taat beribadah. Dia tinggal di kamp pengungsi di Jalur Gaza. Hidup
miskin dan tertekan tidak membuatnya menyerah. Dia lawan karena yakin
kehidupan indah ada di kehidupan berikutnya.

Anak-anaknya masih kecil. Mereka tidak kolokan. Itu karena sadar di kamp
bukan hanya mereka yang susah. Semua tetangga dan kaumnya juga sama.
Israel yang represif dan ‘berencana’ melakukan genosida membuat bangsa
Palestina harus terus-menerus terlilit bencana.

Salahiyah sangat tegar. Ketegarannya sudah sampai pada tahap nihilis.
Tidak beda hidup dan mati. Tidak berjarak duka atau bahagia. Hatinya
disemaikan taburan syukur. Dan was-was dianggapnya sebagai ujian menuju
kesabaran hakiki, sabar seperti yang dikehendaki Allah.

Salahiyah telah berubah menjadi batu cadas. Angin gurun sedahsyat apa
saja tidak mampu menggoyahnya. Itu akibat harmonisasi keluarga yang
terkoyak. Suami dan anak-anaknya yang kecil berantakan saat bom menyulap
tubuh suaminya jadi serpihan yang tidak bisa dikenali. Di usianya yang
masih muda Salahiyah menjadi janda dengan tiga balita dan tanpa
sanak-saudara.

Di musim kerontang, Salahiyah berjalan menuju wilayah Mesir. Menimba air
bagi anak-anak yang dahaga. Di tengah hujan bom, perempuan ini melintasi
kawasan tandus. Dan demi belahan jiwa dia melupakan nyawanya.

Kalau hari lagi sepi gempuran, sehabis salat subuh Salahiyah mengais
rejeki ke pasar. Jualan kurma, dan hasilnya ditukar dengan makanan buat
sang anak tercinta. Siklus itu rutin. Tanpa kelu dia banting tulang dan
membagi kasih sayang.

Waktu merangkak. Anak lelakinya sudah mulai bisa bermain. Mainan di
‘medan perang’ adalah melempari tentara Israel, memasang bom rakitan,
dan menyusup untuk meledakkan. Dari pagi hingga matahari surut anak-anak
itu menantang maut. Dan jika Isyak belum pulang, itu pertanda anak-anak
itu sudah menghadap Tuhan. Dia mati ditembak tentara.

Batin Salahiyah terpompa itu. Saban hari dan saban waktu. Sebagai ibu
dia tidak tega melihat anak-anaknya bergumul dengan bahaya. Tapi adakah
hanya anaknya yang menantang maut? Bagaimana dengan dirinya? Bagaimana
pula dengan kaumnya yang terus dihujani bom dan tembakan tanpa kenal
musim itu?

Ketika umur anaknya belasan tahun, tahapan lain harus dilalui. Mereka
siap menjadi martir. Memantapkan keimanan untuk menjadi ‘mesin perang’.
Maka saat purnama menerangi gurun dan sang anak yang beranjak remaja itu
bersimpuh, Salahiyah paham. Itu saatnya dia harus melepas buah hatinya
untuk menyumbangkan satu-satunya nyawa yang dia punya.

Sejak itu kabar Karim, anak lelakinya hanya sayup-sayup sampai.
Salahiyah cuma berdoa agar umur anaknya agak panjang. Namun itu hanya
harapan. Saat kamp dibombardir mortir, buah hati yang tersisa tergolek
tak bernyawa. Mereka mati di antara puing-puing reruntuhan. Peristiwa
tragis itu disusul berita kematian Karim yang meledakkan tubuhnya di pos
penjagaan Israel.

Salahiyah tidak menangis. Dia hanya menggigit bibirnya. Air bening
meleleh dari kelopak matanya. Dia kini sendiri. Suami, saudara, dan
anak-anaknya begitu cepat meninggalkan dunia ini. Terpaan itu membuatnya
bergabung dengan gerakan intifadah.

Salahiyah berubah menjadi macan betina. Bom demi bom diledakkan. Dia
ditakuti lawan dan disegani kawan. Salahiyah melakukan jihad fi
sabilillah, insyaallah, atau melampiaskan dendam tidak ada yang menyoal.
Setidaknya, hablum minannas dan hablum minallah terpenuhi. Tapi bom Mega
Kuningan? Naudzubillah hi mindzalik !

* Djoko Suud Sukahar: pemerhati budaya, tinggal di Jakarta.

(iy/iy)

Jumat, 17 Juli 2009

Aurat Rasa ”Salib” Spencer Wall

Friday, 17 July 2009 09:41

Seorang gadis Kristen bertekad memakai jilbab selama satu tahun, agar ia tahu seperti apa rasanya menjadi kelompok minoritas

Hidayatullah.com--Ana McKenzie mempunyai seorang teman yang mencoba untuk meniru gaya hidup wanita Muslim di Amerika. Namanya Spencer Wall, seorang gadis muda dari Texas Barat, siswa tahun keempat jurusan bahasa Inggris dan sosiologi. Ia berbagi cerita mengenai pengalaman gadis itu.

Saya pertama kali memperhatikan Spencer Wall di kelas agama dan masyarakat pada akhir semester lalu. Ia bukanlah tipe yang banyak bicara, tapi kain yang menutupi rambut, leher, dan pundaknya, membuat dirinya kelihatan menonjol di dalam kelas yang besar.

Biasanya saya hanya melihat dia sekilas saja, tanpa perhatian sama sekali. Tapi, ketika ia menceritakan kepada teman-teman di kelas mengenai keputusan yang ia buat pada 27 April, saya mulai memperhatikannya dengan seksama.

Wall seorang gadis usia 20-an tahun. Ia memutuskan untuk mengikuti ciri khas dan cara berpakaian wanita Muslim selama 1 tahun yang dimulai pada akhir April kemarin.

Ia menggunakan kerudung dan busana dengan potongan longgar ke mana pun ia pergi dan tidak mengkonsumsi babi atau alkohol di tempat umum. Ia menghindari kontak mata dan fisik dengan laki-laki dan meniru kebiasaan anggun, seperti berjalan dengan lengan yang merapat di sisi tubuh atau menyilangkannya di depan untuk menutupi dadanya.

Saya melihat Wall melakukan aktivitasnya sehari-hari ketika kami bertemu di Kerbey Lane baru-baru ini.

Ia mengenakan kerudung dengan corak warna hijau dan biru, baju hitam berlengan panjang dan rok panjang berwarna aqua. Hanya memperlihatkan kulitnya beberapa inci saja.

“Beberapa orang yang melewati kami berusaha tidak menampakkan rasa ingin tahu mereka. Hanya berusaha melihat sekilas-sekilas. Tapi kebanyakan orang, bahkan tidak menyembunyikan pandangan yang berlebihan atau menyolok.”

Wall dilewati oleh sekelompok orang yang antri mencari tempat duduk, dan mereka semuanya memandangi belakang kepalanya ketika ia berlalu. Seorang pria bahkan memutar-mutar matanya.

“Hal itu tidak mengejutkan saya,” kata Wall ketika saya bercerita tentang kelompok itu. “Tapi, coba lihat ke sekeliling. Mereka bukan satu-satunya yang begitu,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa apa yang dilakukannya itu bukanlah sebuah eksperimen sosial, tapi lebih pada pengalaman belajar pribadinya. Sebagai seorang wanita kulit putih yang berasal dari sebuah kota kecil di Texas Barat, Wall mengatakan, ia ingin tahu seperti apa rasanya menjadi bagian dari komunitas “minoritas yang diamati.”

“Saya tidak mewakili wanita Muslim atau komunitas Muslim,” katanya. “Saya hanya ingin tahu seperti apa rasanya 'berjalan dengan memakai sepatu mereka' selama beberapa waktu.”

Sebelumnya, Wall sudah mempersiapkan diri untuk “pengalaman belajar”-nya, kalau-kalau orang bertanya kepadanya. Pertanyaan yang biasa diajukan, “Kamu berasal dari mana?”

Ia menghindari hal-hal seperti itu, maka sekarang jika orang bertanya mengenai pakaiannya, langsung saja dijawabnya bahwa ia bukan Muslim. Tapi, mengenakan hijab karena ia memilih untuk melakukannya.

Penjelasan seperti itu tidak seluruhya keliru, sebab sebagaimana Wall bilang, ia tidak bisa keluar rumah tanpa mengenakannya.

“Beberapa waktu lalu saya pernah mencoba untuk tidak mengenakan kerudung selama 24 jam,” katanya. “Saya malah tidak sanggup melakukannya, meskipun selama kurang dari setengah hari.”

Aneka reaksi

Wall mengatakan, ia mendapatkan reaksi yang berbeda-beda ketika mengenakan hijab. Suatu waktu pernah seorang pria menabrak displai barang di Wal-Mart karena pria itu memandanginya. Lain hari sekelompok laki-laki langganan restoran tempatnya bekerja menolak dilayani olehnya. Kelompok itu juga memanggilnya dengan sebutan yang menghina. Tapi, seringkali ia dihindari dengan cara yang terhormat.

“Saya tidak bilang tidak ada pria yang mendekati saya. Mereka mendekati saya, tapi dengan cara yang berbeda sekarang.” katanya. “Lebih sopan, tidak terlalu terang-terangan.”

Pengalaman telah mengajarkan Wall untuk memperhatikan hal-hal kecil yang membuat gaya hidup Muslim tradisional sulit diikuti di Amerika Serikat.

Suatu hari di toko pakaian, Wall harus meminta selembar penutup untuk menutupi lubang antara lantai dan pintu kamar pas, agar ia bisa menutupi kakinya ketika berganti pakaian. Pekerjaannya sebagai pelayan juga harus menghadapi situasi yang canggung karena sifat pekerjaannya yang harus melakukan kontak fisik dengan orang asing, yang mana hal itu terlarang untuk wanita Muslim.

Wall akhirnya bisa memahami privasi semacam itu dan menghormatinya. Mungkin hasil yang tidak terduga dari pengalamannya adalah keyakinannya yang bertambah terhadap agama Kristen yang ia anut.

Agama Islam memerintahkan pengikutnya untuk shalat lima kali sehari, ibadah pertama dimulai pukul 5 pagi. Meskipun Wall belum meniru kebiasaan itu, ia mengatakan mungkin di waktu depan ia akan melakukannya dan lebih sering.

“Kamu kan tahu, kita hidup dalam masyarakat yang tidak acuh terhadap aktivitas keagamaan harian,” katanya. “Dari pengalaman ini, saya semakin peduli dengan Tuhan.”

Dari semua apa yang kami bicarakan, saya ingin mendiskusikan sesuatu yang penting dengannya, tapi saya masih terus menimbang-nimbang. Apakah ia merasa sesak atau bahkan tertekan dengan kebiasaan-kebiasaan yang ia coba tiru itu?

Keterusterangan Wall untuk mendiskusikan masalah-masalah seperti itu membuat saya terkesan padanya. Berkali-kali ia meyakinkan saya agar bertanya, bahkan tentang pertanyaan yang sifatnya menyelidik dan menimbulkan perdebatan. Hal itu menggambarkan kedewasaan dan kecerdasannya yang tidak umum dimiliki gadis usia 20-an.

“Pengalaman ini mengajarkan saya untuk menghormati keputusan seorang wanita, apakah ia ingin tinggal di rumah bersama anak-anaknya, atau mengenakan hijab atau berkarier di luar rumah dan menjadi seorang CEO,” kata Wall.

Ia menghentikan bicaranya, saat seorang gadis memperhatikan belakang kepala Wall.

Mata gadis itu sejenak mengikuti garis-garis kerudung yang berwarna cerah, kemudian segera berlalu. Sepertinya gadis itu memandang bukan karena kasihan kepada Wall atau karena ia merasa dendam, marah atau takut, melainkan karena tertarik dengan kerudungnya.

Wall mengatakan, ia hanya akan memperlihatkan rambutnya di ruangan yang tertutup. Saya mengakui bahwa saya agak iri dengan seseorang yang bisa menghargai sesuatu, yang mana saya anggap hal itu biasa saja. [di/dtc/www.hidayatullah.com]

Julius: Mualaf Menjadi Cendikiawan Muslim Disegani di Eropa

dari: http://eramuslim.com/berita/dakwah-mancanegara/abdul-karim-germanus-dari-mualaf-menjadi-cendikiawan-muslim-yang-disegani-di-eropa.htm
Monday, 25/05/2009 15:46 WIB

Nama Abdul-Karim Germanus mungkin sangat asing di telinga kita, padahal ia ada salah satu tokoh cendikiawan Muslim Eropa yang menghabiskan hampir separuh hidupnya untuk membela Islam lewat buku-buku dan karya-karya tulisnya tentang Islam. Sebelum memeluk Islam, Germanus yang bernama asli Julius Germanus adalah seorang Kristiani. Ia menyebut perpindahan agamanya dari Kristen ke Islam sebagai "momen pencerahan" dalam hidupnya.

Germanus lahir di Budapest, ibukota Hungaria pada tahun 1884 dari keluarga Kristen. Ia menjalani masa anak-anak dan remajanya dengan sulit karena selalu dililit berbagai persoalan dan mengalami penindasan. Namun ia bisa melewati masa-masa kelam itu dan berhasil menyelesaikanya kuliahnya di Universitas Budapest. Setelah lulus kuliah, Germanus memutuskan untuk menekuni bidang bahasa Turki. Untuk itu, pada tahun 1903, ia berangkat ke Turki dan kuliah lagi di jurusan bahasa Turki di Universitas Istanbul. Dalam dua tahun, Germanus meraih gelar master di bidang bahasa Turki, ia bisa berbicara, membaca dan menulis bahasa Turki dengan sempurna.

Saat kuliah di Istanbul itulah awal ketertarikan Germanus pada Islam. Karena kuliah di jurusan bahasa, ia mempelajari al-Quran dengan terjemahan bahasa Turki yang memudahkannya memahami ajaran Islam. Germanus terus menggali informasi tentang Islam dan melakukan perbandingan dengan ajaran Kristen, agama yang dianutnya sejak lahir. Ia membandingkan apa yang ditulis Kristen tentang Islam dan apa yang ditulis Quran dan Sunnah tentang Islam. Tentu saja, Germanus mau tidak mau juga harus mempelajari hadist-hadist Rasulullah Muhammad Saw yang diterjemahkan dalam bahasa Turki.

Ketika kembali ke Hungaria, Germanus melihat banyak mantan profesornya yang dikenal orientalis, salah dalam memahami Islam. Tak jarang Germanus harus adu argumentasi dengan para profesor itu soal karakter Rasulullah Muhammad Saw dan hadist-hadistnya. Karena seringnya beradu pendapat soal Islam dengan profesornya, Germanus memutuskan belajar bahasa Arab bahkan Persia. Dan dengan mudah, Germanus berhasil menguasai kedua bahasa tersebut dengan baik sehingga pada tahun 1912 ia ditunjuk sebagai profesor bidang bahasa Turki, Arab, Persia dan sejarah Islam di Hungarian Royal Academy di Budapest. Ia kemudian ditunjuk untuk mengepalai Departemen Studi Oriental di Universitas Ilmu Ekonomi Budapest. Germanus juga sempat mengabid di Universitas Budapest, tapi tidak lama.

Tahun 1928, setelah keluar dari Universitas Budapest, Germanus diundang Gurudev Rabindranath Tagore dari India untuk mengepalai departemen studi Islam di Universitas Visva-Bharati di Shantiniketan, Bengal. Germanus menetap di India selama beberapa tahun dan di India pula, tepatnya di Mesjid Raya Delhi, Germanus memutuskan menjadi seorang Muslim dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Germanus mengubah namanya Julius dengan nama Islam, Abdul Karim dan ia diberi hak istimewa untuk memberikan khutbah Jumat di masjid itu.

Perhatian Germanus yang sangat besar pada Islam dan Muslim, membuka jalan baginya untuk berkenalan dengan penyair Muslim terkenal pada masa itu, Muhammad Iqbal, asal Pakistan. Germanus dan Iqbal sering terlibat pembicaraan serius tentang Islam dan isu-isu penting yang menjadi tantangan umat Islam seperti pandangan-pandangan dari para orientaslis dan aktivitas para misionaris Kristen.

Dalam hal misionaris Kristen, Germanus dan Iqbal beda pendapat. Menurut Germanus, propaganda yang disebarkan kalangan misionaris Kristen dari Eropa adalah persoalan serius yang mengancam umat Islam. Tapi Iqbal meyakini bahwa persoalan itu timbul karena kesalahan umat Islam sendiri yang kurang mengutamakan persatuan untuk melawan agenda pada misionari.

Selain dengan Iqbal, Germanus juga menjalin hubungan erat dengan penulis asal Mesir, Mahmoud Timour. Dalam sebuah bukunya, Timour menulis tentang perjalanan hidup Germanus menjadi seorang mualaf. Dalam buku itu, Timour mengutip pernyataan Germanus ketika ditanya soal awal mulanya ia memeluk Islam

"Saat itu adalah masa pencerahan bagi saya, karena Islam adalah agama yang benar. Satu hal yang membuat saya tertarik pada Islam karena Islam adalah esensi dari seluruh aspek kehidupan," kata Germanus.

Setelah mempelajari bahasa Arab klasik di Kairo, Mesir. Germanus kembali mengajar di Universitas Budapest dan ia mengabdi di universitas itu selama lebih dari 40 tahun sebagai profesor bidang sejarah dan peradaban. Dalam tulisan hasil risetnya, Germanus menyerukan dunia Arab agar menjaga kelestarian bahasa Arab klasik yang hampir punah. Germanus ingin suatu hari nanti seluruh negara-negara Arab menggunakan bahasa Arab yang sama yang akan menjadi pengikat persatuan negara-negara Arab yang kaya akan warisan budaya dan sejarahnya.

Melawan Pemikiran Orientalis

Selama karir akademisnya, Germanus selalu berseberangan dengan para pemikir orientalis Eropa yang mendukung kolonialisme. Karena seringnya terlibat pertikaian dengan kaum orientalis, Germanus dipecat dari universitas dengan alasan sebagai profesor sikapnya dia sudah bersikap tidak pantas. Di tengah banyaknya tekanan terhadap Germanus, sejumlah mahasiswanya tetap memberikan dukungan dan memuji ide-ide Germanus yang telah banyak mempengaruhi pemikiran kalangan akademisi baik di Barat dan dunia Islam. Berkat dukungan itu, Germanus bisa kembali bekerja di universitas meski diprotes koleganya yang berpikiran orientalis.

Tahun 1962, Organisasi Cendikiawan Muslim Irak memilih Germanus sebagai anggota kehormatan dari luar Irak. Pada tahun yang sama, ia juga dipilih sebagai anggota akademisi bidang bahasa Arab di Kairo dan Damaskus. Di Hungaria, Germanus berusaha menyatukan seluruh Muslim di negaranya yang ketika itu berjumlah antara 1.000-2.000 orang ke dalam satu wadah organisasi dan berhasil meyakinkan pemerintah Hungaria untuk menerima Islam sebagai salah satu agama resmi negara itu.

Tahun 1935, Germanus menunaikan ibadah haji ke tanah suci dan menjadi salah satu dari sedikit Muslim Eropa yang bisa pergi haji pada masa itu. Ia menuliskan pengalaman hajinya ke dalam memoarnya berjudul "Allahu Akbar" yang kemudian diterjemahkan dalam berbagai bahasa.

Dalam berbagai artikel yang diterbitkan di beberapa media Eropa, Germanus menulis,"Saya seorang lelaki Eropa yang tidak menemukan rumah sendiri di negara saya yang sudah diperbudak oleh emas, kekuasaan dan dominasi. Kesederhaan Islam dan penghormatan kaum Muslimin terhadap Islam telah mempengaruhi hidup saya ... Dunia Islam akan tetap menjaga esensi kebenarannya lewat spiritualitas dan teladan yang baik. Dan Islam akan tetap bertahan dengan dasar-dasar ajarannya tentan kebebasan, persaudaraan dan persamaan derajat seluruh umat manusia."

Dalam artikel lain Germanus menulis, "Islam memiliki kelebihan yang mampu mengangkat derajat manusia dari sikap kebinatangan ke peradaban yang sangat mulia. Saya berharap, Islam sekali lagi bisa mencapai mukjizat itu di saat kegelapan menyelubungi kita."

Beberapa buku yang ditulis Germanus antara lain, The Greek, Arabic Literature in Hungarian, Lights of the East, Uncovering the Arabian Peninsula, Between Intellectuals, The History of Arabic Literature, The History of the Arabs, Modern Movements in Islam, Studies in the Grammatical Structure of the Arabic Language, Journeys of Arabs, Pre-Islamic Poetry, Great Arabic Literature, Guidance From the Light of the Crescent (a personal memoir), An Adventure in the Desert, Arab Nationalism, Allahu Akbar, Mahmoud Timour and Modern Arabic Literature, The Great Arab Poets dan The Rise of Arab Culture.

Germanus wafat pada 7 November 1979 setelah hampir selama 50 tahun mengabdikan diri untuk kemajuan Islam dan Muslim di Eropa lewat pemikiran dan karya-karya tulisnya. (ln/readislam)

Sarah Allen: Pengalaman Puasa Yang Berat, Menuntunnya Masuk Islam



Senin, 29/06/2009 10:59 WIB

Bulan Ramadhan menjadi bulan yang penuh kenangan bagi Sarah Allen. Karena pada bulan suci itulah Sarah mengalami perubahan besar dalam hidupnya, yang membulatkan tekadnya untuk segera bersyahadat.

Ia ingat, ketika Ramadhan tiba, baru setahun ia mempelajari agama Islam. Meski baru setahun mempelajari Islam, Sarah menemukan bahwa agama Islam adalah agama yang sempurna dan saat itu Sarah sudah punya keinginan untuk menjadi seorang Muslim.

"Setelah mempelajari agama Islam, saya makin tertarik untuk memperdalam agama ini, yang menurut saya sangat sempurna. Setelah mempelajari agama Islam, saya merasakan hidup saya pelan-pelan berubah. Cara berpakaian saya jadi lebih sopan, saya jadi lebih rendah hati dan saya merasakan kedamaian dengan perubahan itu," ungkap Sarah.

Ia melanjutkan, "Saya sadar apa yang telah membuat saya berubah dan saya memutuskan untuk masuk Islam. Saya tahu, keputusan ini akan membawa perubahan besar bukan hanya bagi hidup saya, tapi juga orang-orang tercinta di sekeliling saya. Saya pun memutuskan untuk melakukannya dengan pelan dan bertahap sebelum saya betul-betul menyatakan diri sebagai seorang Muslim."

Bulan Ramadhan datang, Sarah berpikir inilah saat yang tepat baginya untuk mempraktekkan apa yang ia ketahui tentang Islam. Ia memutuskan untuk ikut berpuasa meski saat itu ia belum menjadi seorang Muslim. Selama mempelajari Islam, Sarah tahu umat Islam diwajibkan berpuasa pada saat bulan Ramadhan. Ia berpikir, pastilah sangat berat melakukan puasa, tidak makan dan tidak minum sehari penuh. Dan itu akhirnya ia rasakan sendiri saat Sarah mencoba berpuasa.

"Saya berpikir, pasti sulit rasanya tidak makan dan tidak minum seharian penuh. Dan saya benar ! Apalagi berpuasa pada saat musim panas, masa yang paling berat yang pernah saya rasakah. Tapi pahalanya juga besar," ujar Sarah tentang pengalaman puasanya.

Menurutnya, ketika ia berpuasa hal yang paling berat adalah melihat orang di sekitarnya makan tanpa menyadari ia sedang berpuasa. Tapi tantangan itu membuat tekad Sarah makin kuat. "Saya kira apa yang saya rasakan juga dialami oleh saudara-saudara seiman saya di seluruh dunia, kami menahan diri dari makan dan minum untuk Allah Swt. Kita akan merasakan perasaan yang luar biasa ..." ujar Sarah.

"Saya merasa seperti seorang yang sangat kuat, karena saya harus mengendalikan perilaku dan tubuh kita. Dalam kondisi itu, Anda akan merasakan bahwa Anda-lah yang punya kekuatan dan menentukan apa saja yang akan Anda lakukan."

"Kebiasan-kebiasaan buruk harus ditunggalkan dan Anda akan merasa seperti manusia yang baru. Anda akan merasa lebih kuat dari sisi spiritual, lebih disiplin dan lebih memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan sosial Anda," papar Sarah mengungkapkan apa yang dirasakannya saat berpuasa.

Tiga tahun lamanya, Sarah mempelajari Islam dan selalu ikut berpuasa di bulan Ramadhan. Akhirnya, pada bulan Januari 2005, pada usia 19 tahun, perempuan asal Sydney Australia itu memutuskan untuk bersyahadat dan menjadi seorang Muslimah.

Pengalaman berpuasa telah memberikannya banyak pengalaman batin untuk menghayati makna ibadah puasa bagi seorang Muslim. Bedanya, kata Sarah, setelah ia menjadi seorang Muslim, ia jadi lebih memahami kewajiban berpuasa dan aturan dan tata cara menjalankan ibadah puasa.

"Satu hal yang paling saya sukai pada bulan Ramadhan, saya merasakan Ramadhan makin memperkuat umat Islam dan saya merasakan rasa persatuan yang begitu dalam," kata Sarah menutup ceritanya tentang pengalaman berpuasa yang mengantarkannya menjadi seorang Muslimah. (ln/readislam-iol)

Kamis, 16 Juli 2009

Seorang Pastor Doakan Obama Cepat Mati

Seorang Pastor Doakan Obama Cepat Mati
Kamis, 16/07/2009 09:39 WIB
http://eramuslim.com/berita/dunia/obama-di-doakan-cepat-mati-oleh-seorang-pastor.htm

Sungguh berani pastor satu ini, pastor dari gereja Baptis di Buena Park California bernama Drake Wiley - meminta kepada para jemaat gereja untuk mendoakan supaya Presiden Barack Obama segera mati.

Dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh radio Fox, sewaktu ditanyakan apakah benar dirinya mendoakan presiden Obama mati, dengan tegas pastor tersebut menjawab "Ya".

Sewaktu ditanyakan kepada dirinya, apakah dia tidak khawatir dengan mengatakan seperti itu, dirinya akan dipanggil oleh pasukan pengawal presiden (Secret Service) atau FBI dan menjadi orang yang paling dicari, serta apakah menurutnya sesuatu yang tepat untuk mendoakan presiden Obama segera mati. Pastor Drake malah mengatakan bahwa dirinya berdoa seperti itu adalah merupakan kehendak dari Tuhan, dengan penuh percaya diri dia mengatakan semua yang dilakukannya hanya mengulangi apa yang Tuhan katakan dan ia tidak takut seandainya ia masuk dalam daftar orang yang akan dicari oleh FBI atau secret service sekalipun.

Pastor Drake juga mengatakan bahwa jika Obama tidak segera kembali hidupnya ke jalan Tuhan dia akan tetap meminta kepada Tuhan untuk menegakkan hukumnya dengan balasan Obama segara mati.

Rekaman wawancara Radio Fox dengan pastor Drake Wiley bisa didengar di sini.

Sebagian Kristen di Amerika masih belum percaya bahwa presiden Barack Obama adalah seorang Kristen juga dan masih banyak yang menyatakan dia adalah Muslim mengingat dari keluarga bapaknya adalah Muslim Kenya, sedangkan di Israel banyak masyarakat Yahudi meragukan komitmen Obama untuk membela negara Yahudi tersebut, setelah dirinya melakukan kunjungan ke beberapa negara Muslim dan di Mesir dia sempat menyampaikan pidato serta menyampaikan pesan khusus kepada dunia Islam.(fq/anorak)

Gereja, Terancam Harry Potter

Gereja, Terancam Harry Potter
Kamis, 16/07/2009 08:03 WIB Cetak | Kirim

Inilah gambaran lain dari agama Kristen sebenarnya di Eropa dan Barat. Agama dengan pemeluk paling banyak saat ini di dunia sudah sejak satu dasawarsa terakhir memang menyulut peperangan dengan Harry Potter. Terutama menjelang dirilisnya film keenam Harry Potter yang berjudul “Harry Potter and The Half Blood Prince.” Ini karena sudah sejak lama gereja merasa bahwa film ini mengajak pemeluk Kristen untuk menjauh dari nilai keyakinan Kristus.

Sejak tahun 2003, Vatikan—pusat Kristen sedunia—merasakan ancaman dari Harry Potter. Baik buku ataupun filmnya dinilai gereja selalu meremehkan ajaran Kristen. Bahkan pada tahun yang sama, Josep Ratzinger dua tahun sebelum terpilih sebagai Paus Benedict XVI, sudah mengatakan bahwa cerita-cerita fiksi karangan J.K. Rowling tersebut telah mengorupsi dan mengancam ajaran Kristen, terutama di kalangan remaja Kristen. “Sangat bagus jika Anda menerangkan fakta tentang Harry Potter.” tulisnya enam tahun lalu ketika mengkritik buku-buku Harry Potter. Ratzinger secara terang-terangan mengatakan bahwa Harry Potter adalah anti-agama (Kristen) dan menganjurkan pengultusan, “Ini ajakan yang sangat pintar, yang tak diperhatikan secara langsung efeknya dalam meremehkan ajaran Kristen sebelum terus berkembang lebih luas lagi.”

Namun, sekarang, tampaknya sang Paus sendiri sudah terkena “mantra sihir” Potter. Ketika film Harry Potter terbaru itu akan dirilis kemarin (15/07), L’Osservatore Romano—harian yang diterbitkan oleh Vatikan—menyebutkan film Harry Potter sebagai sebuah “referensi yang inspirasional.” Bahkan menambahkan dengan kalimat, “(Harry Potter) sebuah garis tipis antara kebaikan dan kejahatan, membuat jelas bagaimana kebaikan itu sesuatu yang benar, dan dalam beberapa hal, Harry Potter mengajarkan kerja keras dan pengorbanan.”

Sikap Vatikan ini jelas sebuah kondisi yang berbeda 180 derajat dari sikap asalnya. Harian L’Osservatore itu bahkan baru tahun lalu masih kukuh pendirian bahwa Harry Potter adalah sebuah anjuran yang berbahaya.

Bukan sekali ini saja Vatikan merasa “diremehkan” oleh cerita fiksi. Selain Harry Potter, ada juga The Da Vinci Code—filmnya dibintangi Tom Hanks sedangkan bukunya ditulis oleh Dan Brown. Di situ digambarkan bahwa Yesus Kristus menikahi Maria Magdalena dan mempunyai anak-anak. Vatikan langsung mengeluarkan pernyataan bahwa film (dan buku ini) penuh dengan ketidakakuratan dan karakter yang streotip. (sa/times)

Rabu, 15 Juli 2009

SIAPAKAH YANG LEBIH PANTAS MASUK SURGA NABI MUHAMMAD atau BUNDA THERESIA ?

Beberapa waktu yang lalu, kami diundang memberikan kajian khusus di rumah keluarga Bapak
Fulan di Bintaro. Temanya juga khusus yaitu : Mana Yang Benar Islam Atau Kristen?.
Sebelumnya, beliau menceritakan bahwa dia mempunyai tiga anak dari istrinya yang pertama
yang telah diceraikannya. Kini mantan istrinya murtad masuk Kristen dan menikah lagi dgn
orang Bule Australia, dan saat ini mereka tinggal di Australia. Karena satu dan lain hal,
ketiga anak tsb dikirim ayahnya ke Australia, sekolah di sana dan tinggal dengan mantan
istrinya.

Bisa dibayangkan, tiga anaknya yang beragama Islam ini, tinggal serumah dgn ibunya yang
murtad ke Kristen, bersama ayah tiri mereka yang Kristen juga, dan bersekolah di negara
sekuler. Anaknya pertama wanita kuliah, kedua laki-laki SMA dan ketiga laki-laki masih
SMP.

Saat liburan panjang, tiga anaknya pulang ke Indonesia, tinggal bersama ayah mereka di
Bintaro. Karena Bpk Fulan ragu aqidah anaknya terganggu, beliau mengundang kami untuk
memberikan kajian Kristologi, tujuannya agar ketiga anaknya tidak akan murtad ke Kristen.

Selama kajian berlangsung, nampak ketiga wajah anak-anaknya tidak nyaman dgn tema kajian
kami. Usai kajian, diberikan kesempatan bertanya, namun tidak satupun dari mereka yang
bertanya. Tiba-tiba salah seorang anaknya protes, tidak setuju dengan tema kajian tadi.
?Kalau hanya Islam agama yang benar, berarti bunda Theresia masuk neraka dong! Saya tidak
terima!? kata anaknya yang SMA. ?Kamu harus paham, sebenarnya Bunda Theresia itu
Islam!?, jawab ayahnya agak emosi. Jawaban pak Fulan kepada anaknya inipun keliru.
Mestinya bahwa apa yang bunda Theresia lakukan itu adalah ajaran Islam.

Tengkaran mulut semakin memanas, maka kami langsung menengahi dan bertanya: Apa maksud
pernyataanmu tadi nak?. Jawabnya: Nabi Muhammad kan punya beberapa istri, berarti dia
melakukan banyak dosa sebab bersentuhan langsung dengan wanita. Tapi bunda Theresia tidak
menikah, tidak pernah bersentuhan dengan laki-laki dan seumur hidupnya dia baktikan
dirinya untuk kegiatan sosial, banyak membantu & menolong orang-orang miskin. Pahalanya
sangat banyak, makanya dia yang lebih pantas masuk surga daripada Muhammad!

Kami tidak menyangka sejauh itu pemikiran anak pak Fulan. Sebelum diluruskan, kami minta
dia menjawab dgn jujur, ?Apakah sampai saat ini kamu masih beragama Islam?. Jawabnya:
Ya saya masih beragama Islam!. Kemudian, Apakah menurut kamu Al Qur`an itu wahyu
Allah?. Jawabnya: Benar Al Qur`an wahyu Allah!. Selanjutnya, Kalau Al Quran wahyu
Allah, berarti apa saja yang tertulis dalam Al Qur`an adalah benar kan? Jawabnya:
Benar!. Kalau begitu, Apakah Yesus itu diyakini oleh bunda Theresia sebagai Tuhan?.
Jawabnya: Benar, dia yakini Yesus Tuhan!. Selanjutnya kami persilahkan dia sendiri
yang bacakan Qur`an surat 5 Al Maaidah:72

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih
putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah
Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah (dengan sesuatu), maka
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi
orang-orang zalim itu seorang penolongpun.

Nah berdasarkan ayat tsb, karena bunda Theresia menuhankan Yesus, berarti dia kafir dan masuk neraka kan?

Pertanyaan selanjutnya : Apakah bunda Theresia menyembah kepada Yesus?. Dengan tegas
dia katakan: Benar. Kami persilahkan dia bacakan Injil Matius 4:10, sbb: Maka
berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!.

Dalam ayat lain Yesus bersaksi bahwa dia bukan Tuhan tapi hanya utusan Tuhan: Inilah
hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus (Yoh 17:3)

Dari ayat-ayat tsb Yesus bersaksi dgn jujur bahwa menyembah hanya kpd Allah, Allah itu
Esa dan dia hanya diutus Tuhan. Karena bunda Theresia menyembah kepada Yesus dan
dijadikannya Yesus Tuhan, berarti dia menyekutukan Tuhan. Dalam Al Qur`an, yang
menyekutukan Tuhan berarti melakukan dosa syirik, yaitu dosa yg tidak diampuni Allah swt.
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar (QS 4:48).

Menurut Qur`an, yang didapat bunda Theresia hanyalah pahala dunia, bukan akhirat, dan
kepadanya tdk ada jaminan masuk surga, tetapi Nabi Muhammad sudah dijamin masuk surga
sebab dosanya yg lalu maupun yg akan datang sudah diampuni Allah swt, sebagaimana firman
Nya : Agar Allah mengampuni dosamu (Muhammad) yang telah lalu dan yang akan datang serta
menyempurnakan nikmatNya kepadamu dan menunjukimu jalan yang lurus. (Qs 48:2)

Alhamdulillah mereka sadar & mau membawa buku-buku tulisan kami ke Australia yg intinya
menjelaskan kebenaran Islam & kekeliruan Kristen, dan khusus berdakwah kpd non muslim

Kisah nyata ini menjadi pelajaran berharga bagi kita, jangan sembarang menyekolahkan
anak-anak kita di Negara Barat / Sekuler. Jika mereka tidak murtad, minimal pemikirannya jadi sekuler atau liberal. Kami yakin ketiga anak pak Fulan tsb sudah mereka Brain Wash
di negara Kanguru tsb. Mudah-mudah dgn adanya pertemuan dgn kami, membuat mereka yakin
akan kebenaran Islam & tidak mudah dimurtadkan dan tidak beranggapan semua agama benar.

-------------------------------------------------------------
Betapa banyak kasus-kasus pemurtadan dan pelunturan aqidah seperti ini yang mereka
lakukan terhadap umat Islam, hanya saja tidak terekspos karena minimnya dana dan
kurangnya kepedulian sesama terhadap usaha-usaha seperti yang kami lakukan.

Melayani Diskusi, Dialog & Konsultasi Kasus Islam & Kristen.
Kontak Pengasuh : 0815.8787.627 -- 021 7098 4849
Email: insan@birrul-walidain.com & ddiidepok@yahoo.co.id
Web : www.birrul-walidain.com
Blog : bwbirrulwalidain.blogspot.com
Group ‘facebook’ : birrul walidain

Zakat, infaq, shadaqah & bantuan Anda lainnya, akan mempermudah kami menangani berbagai
kasus dan membantu terhadap umat yang membutuhkan bantuan kami di mana saja.

Dompet Antisipasi Pemurtadan & Peduli Umat
Bank Mandiri Jkt 129 0093042410 - Bank BCA Jkt 005 1977202
Bank Muamalat Jkt. 301.38256.20 - Bank BNI Jkt. 0005519566
a/n Insan LS Mokoginta

MENGAPA UMAT KRISTIANI TIDAK DIWAJIBKAN BERKHITAN / SUNAT ?

Berdebat masalah wajib tidaknya berkhitan (sunat) dalam ajaran agama Kristen, sebenarnya itu termasuk masalah yang sudah usang. Maksudnya bukan masalah baru yang masih harus dipersoalkan, sebab hal tersebut sudah sangat jelas dan gamblang dijelaskan dalam Alkitab (Bible), bahwa berkhitan (sunat) merupakan suatu kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap laki-laki. Tapi kenyataannya jika masalah khitan ini dipertanyakan kepada umat Kristiani, jawaban yang didapat selalu kurang atau tidak memuaskan.

Asal mula perintah berkhitan (sunat) dalam kitab Kejadian pasal 17 ayat 9 – 14 sebagai berikut :
(9) Lagi firman Allah kepada Abraham: "Dari pihakmu, engkau harus memegang perjanjian-Ku, engkau dan keturunanmu turun-temurun. (10) Inilah perjanjian-Ku, yang harus kamu pegang, perjanjian antara Aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; (11) haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. (12) Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun-temurun: baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dengan uang dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu. (13) Orang yang lahir di rumahmu dan orang yang engkau beli dengan uang harus disunat; maka dalam dagingmulah perjanjian-Ku itu menjadi perjanjian yang kekal. (14) Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki yang tidak dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya: ia telah mengingkari perjanjian-Ku."

Perintah Allah tersebut sangat jelas dan tegas. Bahkan sangsinya sangat berat bagi yang tidak berkhitan. Ini membuktikan bahwa bersunat hukumnya wajib sebab ancamannya hukuman mati. Tetapi hampir dalam setiap perdebatan, umumnya jawaban mereka sebagai berikut :
1. Khitan (sunat) itu ajaran di kitab Perjanjian Lama, bukan dalam kitab Perjanjian Baru
2. Khitan hanya berlaku bagi orang Yahudi saja.
3. Khitan itu kan sunat daging, yang penting sunat hati
4. Khitan itu demi untuk kesehatan dll.

Mari kita lihat dan bahas satu persatu dari jawaban mereka tersebut (menurut nomer urut)
1. Memang asal mula perintah Allah mewajibkan berkhitan, tertulis dalam kitab Perjanjian Lama. Tapi perintah Allah tersebut berlaku turun temurun (ayat 12) dan merupakan perjanjian yang kekal. Kekal artinya abadi atau seterusnya (ayat 13). Kenyataannya dalam kitab Perjanjian Baru, Allah tidak pernah membatalkan perintah tersebut. Dan Yesus pun tidak mungkin melarang bersunat, sebab dia sendiri saja bersunat tepat pada hari kedelapan sesuai perintah Tuhannya. ”Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.” (Luk 2:21)
2. Kalau khitan hanya berlaku untuk orang Yahudi saja, berarti misi Yesus hanya untuk orang Yahudi juga. Jika demikian, mengapa mengikuti agama untuk orang Yahudi saja? Padahal orang diluar Yahudi juga wajib mengikuti hukum Musa. Tetapi beberapa orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan berkata: "Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa." (Kis 15:5)
3. Umumnya dikatakan bahwa sunat daging sudah tidak berlaku lagi, sebab sudah diganti oleh Yesus dengan ”sunat hati”. Padahal sunat daging dan sunat hati adalah dua perintah yang berbeda, yang sama-sama tertulis dalam kitab yang sama pula, yaitu Taurat Musa. Sunat daging, yaitu pemotongan sebagian ujung kulup pria, yang dikerjakan dengan menggunakan benda tajam. Sedangkan sunat hati, adalah bahasa kiasan. Artinya membersihkan hati dari sombong, iri, dengki, takabur dll. ”Sebab itu sunatlah hatimu dan janganlah lagi kamu tegar tengkuk.” (Ulangan 10:16). Dari bunyi ayat tersebut, jelas bahwa memang ada dua perintah sunat yang berbeda yang satu sama lainnya tidak saling mengganti.
4. Paling sering dikatakan bahwa mereka bersunat karena demi untuk kesehatan. Inipun keliru, sebab orang berkhitan (sunat), bukan karena demi kesehatan, tapi karena mengikuti perintah Allah. Adapun hikmahnya / manfaatnya yaitu demi untuk kesehatan.

Alasan umat Kristiani tidak wajibkan berkhitan.
Jawabannya sederhana saja yaitu karena Paulus melarang bersunat.
”Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu.” (Gal 5:2)

”Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih.” (Gal 5:6)

”Kalau seorang dipanggil dalam keadaan bersunat, janganlah ia berusaha meniadakan tanda-tanda sunat itu. Dan kalau seorang dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, janganlah ia mau bersunat. Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting. Yang penting ialah mentaati hukum-hukum Allah. (1 Kor 7:18-19)

Sunat Menurut Injil Barnabas :
Yesus berfirman : “Manusia yang tidak menyunat tubuhnya akan Aku cerai beraikan dia dari kalangan keluargaKU untuk selama-lamanya” (Barnabas 23:15)
Kemudian Yesus berkata: “Tinggalkan ketakutan itu orang yang tidak mengerat kulupnya, karena dia diharamkan dari surga Firdaus” (Barnabas 23:17)
Yesus menjawab : “Sungguh kukatakan kepadamu bahwa anjing lebih mulia dari seorang yang tidak bersunat” ( Barnabas 22:2)

Dari ayat-ayat Alkitab, baik Perjanjian lama, maupun Perjanjian Baru dan juga Injil Barnabas, jelas menunjukkan bahwa khitan (sunat) merupakan kewajiban yang harus ditunaikan, karena ancamannya begitu berat. Alhamdulillah justru semua umat Islam yang berkhitan.

Kontak Pengasuh : 0815.8787.627 -- 021 709.84849
Email: insan@birrul-walidain.com & ddiidepok@yahoo.co.id

Dompet Antisipasi Pemurtadan & Peduli Umat
Bank Mandiri Jkt 129 0093042410 - Bank BCA Jkt 005 1977202
Bank Muamalat Jkt. 301.38256.20 - Bank BNI Jkt. 0005519566
a/n Insan LS Mokoginta

Jumat, 10 Juli 2009

SEKILAS TENTANG YAYASAN BIRRUL WALIDAIN

Yayasan “Birrul Walidain” bergerak khusus dalam bidang da`wah Islamiyah dengan menggunakan pendekatan metode ganda yaitu Islamologi dan Kristologi

Pendiri Yayasan Birrul Walidain Bpk. Insan LS Mokoginta adalah seorang mantan Kristen Katolik. Beliau telah menulis lebih 20 judul buku khusus untuk berda`wah kepada kalangan muslim maupun non muslim, juga 6 judul VCD perdebatan dengan Pendeta.

Yayasan Ini berpusat di Jakarta, didirikan pada tanggal 31 Maret 2003 dengan Akte Notaris Abdul Madjid SH, No – 92 - dan untuk sementara ini baru punya cabang di Sulawesi Utara mayoritas Kristen yang penuh tantangan dan resiko.

Semua hasil penjualan buku maupun VCD beliau serta kajian-kajian yang dilakukannya, beliau gunakan untuk kegiatan Yayasan dan untuk kepentingan da`wah di jalan Allah.

Yayasan Birrul Walidain juga sebagai konsultan dalam menangani berbagai masalah perbedaan agama. Bagi yang berminat dan merasa terpanggil untuk mengantisipasi gerakan Kristenisasi terhadap umat Islam, dapat menyalurkan sumbangannya berupa infaq, zakat maupun sadaqahnya melalui Bank Mandiri Jakarta no rekening :
129 0093042410
a/n Insan LS Mokoginta QQ Yayasan.
Atau Bank BCA Jakarta – Cimanggis no rekening :
005 1977202
a/n Insan LS Mokoginta
Partisipasi Anda merupakan kepedulian Anda dalam rangka mengantisipasi berbagai kasus pemurtadan terhadap umat Islam dan telah ikut membantu kami mengkader sebanyak mungkin calon-calon juru da`wah yang yang menguasai Islamologi dan Kristologi yang bisa berhadapan langsung dengan para Pendeta, Misionaris, Evangelis atau Penginjil kapanpun, siapapun dan dimanapun mereka berada.

Berapapun bantuan atau sumbangan Anda, insya Allah akan kami gunakan untuk kegiatan da`wah, baik terhadap muslim maupun non muslim, terutama untuk mencegah ummat Islam dari sasaran pemurtadan atau Kristenisasi.

Semoga Allah swt meridhoi segala usaha kita.

Yayasan Birrul Walidain

Ust. Insan Mokoginta sudah siap kembali berdakwah

setelah berdakwah di dalam penjara di Kotamobagu - Sulawesi Utara, saat ini beliau sudah siap berdakwah dimana pun umat yang membutuhkan.